Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku membencinya karena hal
itu, aku menjadi bahan tertawaan teman2 seusiaku. Ibu mengelola sebuah toko kecil di pasar,
disana ia menjual bumbu-bumbu dapur dan sayuran, uang hasil penjualan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan kami sehari-hari dan biaya sekolahku, bagiku sungguh uang hasil
penjualan digunakan untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari dan biaya
sekolahku, mungkin bagi sebagian orang apa yang dilakukan ibuku luarbiasa,
tetapi bagiku pekerjaan ibu sungguh memalukan.
Aku ingat saat itu ibu datang ke sekolah ketika jam
olahraga, aku sangat
malu dengan teman2ku Bagaimana
dia bisa melakukan ini padaku? Aku melemparkan tatapan penuh
kebencian dan berlari meninggalkannya. Keesokan harinya di sekolah , banyak dari temanku
yang mengejekku "Ibumu hanya
memiliki satu mata?!" dan mereka menertawakan hal itu.
Aku berharap ibuku lenyap dari dunia ini sehingga
tidak ada lagi yang bertanya “mengapa ibumu hanya memiliki satu mata?”Bu,
mengapa ibu hanya memilki satu, dimanakah mata yang lain? Ibu hanya akan
membuat menjadi bahan tertawaan. Mengapa Ibu tidak mati ? "Ibuku tidak pernah menanggapihal
itu. Kadang aku merasa buruk dengan semua
kelakuanku, tapi pada saat yang sama, aku merasa lebih baik karena sudah
mengatakan apa yang ingin kukatakan, Mungkin karena apa yang kukatakan adalah
realita, sehingga ibu tidak menghukumku, tapi didasar hatiku, aku merasa bahwa semua
yang kukatakan telah melukai perasaan ibu.
Malam itu ... aku bangun, dan pergi ke dapur untuk
mengambil segelas air, saai itu kulihat ibu sedang menangis
di sana, tak ada suara tangis disana , seolah-olah ibu takut bahwa dia akan
membangunkanku. Aku
menatapnya, apakah ibu menangis karena perkataanku tadi? Ada sesuatu
didalam diriku ketika melihat ibu seperti itu, meski begitu, aku tetap membenci
ibuku yang sedang meneteskan air mata dari salah satu matanya. Aku berkata pada diriku
sendiri bahwa aku akan tumbuh dewasa dan menjadi sukses, karena aku membenci ibu
dan kemiskinan ini
Diriku berusaha untuk mendapatkan kehidupan yang lebih
baik dengan belajar keras, aku meninggalkan ibu dan datang ke kota untuk belajar, aku
diterima di Universitas terbaik di Negara kami, lalu dengan semua kepercayaan
diri dan kerja kerasku, kehidupanku menjadi lebih
baik, aku menikah, membeli rumah sendiri dan punya anak, sekarang aku hidup bahagia sebagai orang sukses. Aku menyukai tempat ini, karena disini tidak akan mengingatkan aku pada ibuku.
Kebahagiaan ini semakin besar dan besar, ketika seseorang tak terduga datang menemuiku pada sore itu "Apa?! Siapa ini ?!"... Ini adalah ibuku ... Masih dengan satu matanya. Rasanya seolah-olah seluruh langit runtuh dan menimpaku. putriku lari, takut melihat mata ibuku, aku mencoba bertanya padanya "Siapa kau? Aku tidak mengenalmu!" hari itu aku bertingkah seolah-olah aku tak mengenal ibu, Aku berteriak padanya "Beraninya kau datang ke rumahku dan menakut-nakuti putriku!
Kebahagiaan ini semakin besar dan besar, ketika seseorang tak terduga datang menemuiku pada sore itu "Apa?! Siapa ini ?!"... Ini adalah ibuku ... Masih dengan satu matanya. Rasanya seolah-olah seluruh langit runtuh dan menimpaku. putriku lari, takut melihat mata ibuku, aku mencoba bertanya padanya "Siapa kau? Aku tidak mengenalmu!" hari itu aku bertingkah seolah-olah aku tak mengenal ibu, Aku berteriak padanya "Beraninya kau datang ke rumahku dan menakut-nakuti putriku!
"
Dan untuk hal ini,
ibuku dengan tenang menjawab, "oh, aku sangat menyesal. Aku mungkin
mendapatkan alamat yang salah," dan dia kemudian menghilang dalam senja.
Untuk hal ini aku berterima kasih karena ibu
tidak mengenaliku, aku cukup lega. Aku berkata pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan
peduli, atau berpikir tentang hal ini selama sisa hidupku.
Hingga suatu saat sebuah undangan reuni sekolah
diantarkan kerumah, karena aku malu dengan keadaan sekolahku dulu yang berbeda
jauh dengan kehidupanku sekarang, aku tak memberitahu istriku tentang hal ini,
aku beralasan bahwa ingin melakukan perjalanan bisnis. Seusai reuni aku pergi ke sebuah gubuk tua, yang sudah tak
asing lagi bagi diriku, inilah tempat dimana diriku dibesarkan, disaat yang sama aku menemukan
ibuku terbaring di tanah yang dingin, ditangan ibu ada secarik kertas, surat
yang ia tulis untukku.
Surat Ibu
Anakku,
Aku pikir, aku sudah hidup cukup lama di dunia ini dan Aku tidak akan mengunjungi kota lagi. apakah aku terlalu banyak meminta, jika aku ingin kau datang mengunjungiku sesekali? Aku sangat merindukanmu. Dan ku sangat senang ketika mendengar kau datang untuk reuni. Tapi aku memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah karena aku tahu, kamu akan malu untuk kedua kalinya disekolah. Aku minta maaf bahwa aku hanya memiliki satu mata, dan aku adalah bahan tertawaan teman-temanmu.
Aku pikir, aku sudah hidup cukup lama di dunia ini dan Aku tidak akan mengunjungi kota lagi. apakah aku terlalu banyak meminta, jika aku ingin kau datang mengunjungiku sesekali? Aku sangat merindukanmu. Dan ku sangat senang ketika mendengar kau datang untuk reuni. Tapi aku memutuskan untuk tidak pergi ke sekolah karena aku tahu, kamu akan malu untuk kedua kalinya disekolah. Aku minta maaf bahwa aku hanya memiliki satu mata, dan aku adalah bahan tertawaan teman-temanmu.
Anakku…apakah
kamu ingat ? ketika kau masih kecil, pernah terjadi kecelakaan yang membuat dirimu harus kehilangan salah satu matamu,
sebagai seorang ibu, tidak akan tahan melihat anaknya harus tumbuh dewasa
dengan hanya satu mata, jadi aku memberi miliku padamu.
Aku begitu bangga
denganmu… Anakku, kamu dapat melihat seluruh dunia bagiku, dengan mata itu.
Aku tidak pernah marah
padamu atas apa pun yang telah kamu lakukan. Waktu pergi menemuimu dan kau
marah padaku, aku berpikir, 'itu karena dia mencintaiku. " Aku rindu saat-saat kau masih
kecil dan berada bersamaku.
Aku sangat
merindukanmu. Aku
mencintaimu. Kau
adalah dunia bagiku. Dan disaat kau pergi, Duniaku hancur!!
Aku tak mampu menahan
tangisku…Ibuku Begitu Tulus Mengasihiku
Namun Kini semua tak berarti lagi...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa Commentnya...