Senin, 02 Januari 2012

Kisah Hidup : Kasih Ibu


Ibuku hanya memiliki satu mata. Aku membencinya karena hal itu, aku menjadi bahan tertawaan teman2 seusiaku.  Ibu mengelola sebuah toko kecil di pasar, disana ia menjual bumbu-bumbu dapur dan sayuran,  uang hasil penjualan digunakan untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari dan biaya sekolahku, bagiku sungguh uang hasil penjualan digunakan untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari dan biaya sekolahku, mungkin bagi sebagian orang apa yang dilakukan ibuku luarbiasa, tetapi bagiku pekerjaan ibu sungguh memalukan.
Aku ingat saat itu ibu datang ke sekolah ketika jam olahraga, aku sangat malu dengan teman2ku Bagaimana dia bisa melakukan ini padaku?  Aku melemparkan tatapan penuh kebencian dan berlari meninggalkannya. Keesokan harinya di sekolah , banyak dari temanku yang  mengejekku "Ibumu hanya memiliki satu mata?!" dan mereka menertawakan hal itu.
Aku berharap ibuku lenyap dari dunia ini sehingga tidak ada lagi yang bertanya “mengapa ibumu hanya memiliki satu mata?”Bu, mengapa ibu hanya memilki satu, dimanakah mata yang lain? Ibu hanya akan membuat menjadi bahan tertawaan. Mengapa Ibu tidak  mati ? "Ibuku tidak pernah menanggapihal itu.  Kadang aku merasa buruk dengan semua kelakuanku, tapi pada saat yang sama, aku merasa lebih baik karena sudah mengatakan apa yang ingin kukatakan, Mungkin karena apa yang kukatakan adalah realita, sehingga ibu tidak menghukumku, tapi didasar hatiku, aku merasa bahwa semua yang kukatakan telah melukai perasaan ibu. 
Malam itu ... aku bangun, dan pergi ke dapur untuk mengambil segelas air, saai itu kulihat ibu sedang  menangis di sana, tak ada suara tangis disana , seolah-olah ibu takut bahwa dia akan membangunkanku. Aku  menatapnya,  apakah ibu menangis karena perkataanku tadi? Ada sesuatu didalam diriku ketika melihat ibu seperti itu, meski begitu, aku tetap membenci ibuku yang sedang meneteskan air mata dari salah satu matanya. Aku berkata pada diriku sendiri bahwa aku akan tumbuh dewasa dan menjadi sukses, karena aku membenci ibu dan kemiskinan ini
Diriku berusaha untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dengan belajar keras,  aku meninggalkan ibu  dan datang ke kota untuk belajar, aku diterima di Universitas terbaik di Negara kami, lalu dengan semua kepercayaan diri dan kerja kerasku,  kehidupanku menjadi lebih baik, aku  menikah,  membeli rumah sendiri dan punya anak,  sekarang aku hidup bahagia sebagai orang sukses. Aku menyukai tempat ini,  karena disini  tidak akan  mengingatkan aku pada ibuku.

Kisah Hidup : Pria Tua Dan Anaknya


Seorang pria tua duduk bersama seorang pemuda di atas kereta, umur pria muda itu 25 tahun mereka tampak akrab, pria tua itu memandangi pemuda disampingnya dengan mata yang berkaca-kaca, seakan ikut merasakan apa yang diarasakan pemuda itu…  
Perlahan kereta mulai bergerak melaju, meninggalkan stasiun…ada yang aneh dengan pemuda itu, semua penumpang mulai memperhatikan mereka dan melepaskan pandangan sinis, tanda tak suka akan keberadaan pria tua itu dan anaknya..
Saat kereta mulai jauh meninggalkan tempat perhentiannya, pemuda terlihat penuh sukacita dan rasa ingin tahu.
Dia duduk di sisi jendela
Mengeluarkan satu tangannya keluar jendela,dan merasakn udara hangat yang lewat,
“Papa lihatlah pohon yang hijau, seperti berjalan kebelakang” teriaknnya penuh sukacita.

Jalan Kumuh Los Felidas

Los Felidas adalah nama sebuah jalan di ibu kota sebuah negara di Amerika Selatan, yang terletak di kawasan terkumuh di seluruh kota. Ada sebuah kisah Natal yang menyebabkan jalan itu begitu dikenang orang, dan itu dimulai dari kisah seorang pengemis wanita yang juga ibu seorang gadis kecil. Tidak seorangpun yang tahu nama aslinya, tapi beberapa orang tahu sedikit masa lalunya, yaitu bahwa ia bukan penduduk asli disitu, melainkan dibawa oleh bekas suaminya dari kampung halamannya.
Seperti kebanyakan kota besar di dunia ini, kehidupan masyarakat kota terlalu berat untuk mereka, dan belum setahun mereka di kota itu, mereka kehabisan seluruh uangnya, dan pada suatu pagi mereka sadar bahwa mereka tidak tahu dimana mereka tidur malam nanti dan tidak sepeserpun uang ada di kantong. Padahal mereka sedang menggendong bayi mereka yang berumur 1 tahun. Dalam keadaan panik dan putus asa, mereka berjalan dari satu jalan ke jalan lainnya, dan akhirnya tiba di sebuah jalan sepi dimana puing-puing sebuah toko seperti memberi mereka sedikit tempat untuk berteduh.

Batu Menagis Dari Korea

Ketika terjadi invasi Jepang ke Korea yang disebut Imjin Weoran, pemerintah daerah Jinju memperbaiki dinding batu istana yang terbuat dari tanah. Dalam pekerjaan perbaikan itu seluruh warga penduduknya, baik rakyat jelata maupun biksu mengumpulkan batu-batu dan membentengi istananya. Suatu hari seorang biksu bernama Myeongseok melewati depan desa untuk pulang ke kuilmua setelah pekerjaan gotong royong tersebut selesai. Tiba-tiba dia melihat dua buah batu yang sedang menggelinding. Biksu Myeongseok merasa aneh dan bertanya sambil komat-komit sendirian, "Hai Batu-batu! hendak bergegas-gegas kemana kah kalian?" Batu-batu segera menjawab bahwa mereka sedang menuju ke tempat pekerjaan membentengi istana Jinju untuk menjadi batu dinding istana. Setelah mendengarnya, sang biksu memberitahukan kepadanya bahwa pekerjaan itu sudah selesai. Batu-batu yang mendengar hal itu kemudian berhenti dan mulai menangis meraung-raung di tempat mereka berhenti. Biksu Myeongseok yang menyaksikannya terkagum akan hal tersebut dengan mengatakan bahwa batu-batu ini sangat suci, kemudian dia menundukkan kepalanya sembilan kali ke arah kedua buah batu itu.
Sejak saat itu Batu tersebut dinamakan Undol atau Myeongseok dalam karakter Cina dan lembah yang didatangi batu-batu itu disebut Gubaegol dan Gubokgol yang bermakna lembah dimana terjadi peristiwa sembilan kali menundukkan kepala. Dikatakan bahwa batu-batu itu menangis selama tiga hari pada saat terjadinya peristiwa penting dalam negeri.